Rabu, 28 Januari 2015

Artikel IGDDK

GIZI ANAK USIA PRASEKOLAH DAN SEKOLAH


Makalah ini Disusun untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah IGDDK
dengan Dosen Siti Yulaikha


Disusun Oleh :
FIQI DWI KARTIKA (J310120023)
MARISCA AMANAH (J310120008)
INA SHOLIHAH (J310120005)
RINI (J310120004)


GIZI STRATA 1
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013


DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

BAB II. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Anak Prasekolah dan Sekolah
B.     Karakteristik dari Anak Prasekolah dan Sekolah
C.     Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Anak Usia Prasekolah dan Sekolah
D.    Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
E.     Pengaturan Makanan untuk Anak Prasekolah dan Sekolah
F.      Kecukupan Angka Gizi dan Perhitungan Gizi Pada Anak Usia Prasekolah dan Sekolah

BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
Daftar Pustaka







BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar , yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak seusianya.
Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian kesehatan pada umunya. Kesehatan disini meliputi kesehatan badan , rohani dan sosial, bukan hanya sekedar bebas dari penyakit,cacat,dan kelemahan (UU No.9 Tahun 1980 tentang Pokok-pokok Kesehatan).  Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang.  Perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Lembaran Negara RI No.2805). Dalam undang-undang itu juga disebutkan bahwa yang disebut kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat. Perikehidupan ini dipersyaratkan agar setiap warga Negara mempunyai kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkan bekerja,beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya.
Pertumbuhan anak pada waktu tahun ketiga begitu cepat dan berangsur-angsur menurun sehingga pada periode prasekolah dan masa sekolah kurva percepatan pertumbuhan akan membentuk kurva yang hampir datar. Sedang pada masa remaja terjadi percepatan pertumbuhan kedua untuk kemudian berhenti sama sekali, yaitu bertepatan dengan mulainya kematangan sosial.



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Anak Prasekolah dan Sekolah
Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang secara teratur, saling berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Karakteristik tumbuh kembang spesifik terhadap usia anak. Pada anak usia prasekolah, pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir (Narendra, 2003).
Prasekolah (bahasa Inggris: pre-school) merupakan pilihan pendidikan bagi kanak-kanak sebelum  memasuki sekolah.Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun (Moersintowarti, 1996). Sedangkan anak sekolah menurut definisi WHO ( World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
B.  Karakteristik dari Anak Prasekolah dan Sekolah
Anak prasekolah merupakan golongan berumur 3-6 tahun yang mulai mempunyai karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan - batasan norma. Karakteristik anak prasekolah terdiri dari :
1.         Ciri Fisik Anak Prasekolah.
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.
a.        Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukansendiri.
b.      Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
c.        Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
d.       Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e.       Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
f.       Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut diatas.
( Suyitno dan Narendra, 2003 )
2.    Ciri Sosial Anak Prasekolah
a.        Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
b.       Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
c.       Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. .      
d.       Membuat kontak sosial dengan orang diluar rumahnya.
e.        Dikenal dengan istilah pregang age. Dikatakan pregang Karena anak prasekolah berkelompok belum mengikuti arti sosialisasi yang sebenarnya. Mereka mulai belajar menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan sosial.
f.        Hubungan dengan orang dewasa .Melanjutkan hubungan dan selalu ingin dekat dengan orang dewasa baik dengan orang tua maupun guru. Mereka selalu berusaha untuk berkomunikasi dan menarik perhatian orang dewasa.
g.      3-4 tahun mulai bermain bersama (cooperative play). Mereka tampak mulai mengobrol selama bermain. Memilih teman untuk bermain,mengurangi tingkah laku bermusuhan.
( Suyitno dan Narendra, 2003  )
3.      Ciri Emosional Pada Anak Prasekolah.
Anak pra sekolah cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru. ( Suyitno dan Narendra, 2003)
4.    Ciri Kognitif Anak Prasekolah.
Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.( Suyitno dan Narendra, 2003)
Sedangkan, Anak sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan norma. Di sinilah variasi individu mulai lebih mudah dikenali seperti pertumbuhan dan perkembangannya, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi, perkembangan kepribadian,serta asupan makanan. (Narendra, 2003). Ada beberapa karakteristik lain anak usia ini adalah sebagai berikut :
•Anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah
•Aktivitas fisik anak semakin meningkat
•Pada usia ini anak akan mencari jati dirinya
Anak akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara 4-5 jam. Aktivitas fisik anak semakin meningkat seperti pergi dan pulang sekolah, bermain dengan teman, akan meningkatkan kebutuhan energi. Pada usia sekolah dasar anak akan mencari jati dirinya dan akan sangat mudah perpengaruh lingkungan sekitarnya, terutama teman sebaya yang pengaruhnya sangat kuat seperti anak akan merubah perilaku dan kebiasaan temannya, termasuk perubahan kebiasaan makan. Peranan orangtua sangat penting dalam mengatur aktivitas anaknya sehari misalnya pola makan, waktu tidur, dan aktivitas bermain anak (Tanuwijaya,2003).
Menurut Narendra (2003), Minat terhadap kelompok makin besar, mulai mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Mereka membentuk kelompok (geng) sehingga periode ini disebut periode gang age. Peranan teman sebaya pada tahap ini sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Diantara pengaruh yang ditimbulkannya pada keterampilan sosialisasi anak diantaranya berikut ini.
·         Membantu anak untuk belajar bersama dengan orang lain dan bertingkah laku yang dapat diterima oleh kelompok.
·         Membantu anak mengembangkan nilai- nilai sosial lain di luar nilai orang tua.
·         Membantu mengembangkan kepribadian yang mandiri dengan mendapatkan kepuasan smosional dari rasa berkawan.
C.     Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak Usia prasekolah dan Sekolah.
1.         Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak Usia prasekolah
Secara umum, aspek-aspek perkembangan pada usia anak pra sekolah ini dapat diuraikan sebagai berikut;
a.  Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Seiring meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat badan dan tinggi, maupun tenaganya, memungkinkan anak untuk lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan orang tua. Pada usia ini banyak perubahan fisiologis seperti pernapasan yang menjadi lebih lambat dan dalam serta denyut jantung lebih lama dan menetap. Proporsi tubuh juga berubah secara dramatis seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya sekitar 80-90 cm dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedangkan pada usia 5 tahun tingginya dapat mencapai 100-110 cm. Tulang  kakinya tumbuh dengan cepat dan tulang-tulang semakin besar dan kuat, pertumbuhan gigi semakin komplit.( Narendra, 2003)
b. Perkembangan Intelektual.
Perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode ini juga ditandai dengan berkembangnya representasional atau symbolic function yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mempresentasikan sesuatu yang lain menggunakan simbol-simbol seperti bahasa, gambar, isyarat, benda, untuk melambangkan sesuatu atau peristiwa. Melalui kemampuan diatas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Ia dapat menggunakan kata-kata, benda untuk mengungkapkan lainnya atau suatu peristiwa. (Soetjiningsih, 1998)
c.  Perkembangan Emosional
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya) berbeda dengan Aku (orang lain atau benda). Kesadaran ini diperoleh dari pengalaman bahwa tidak semua keinginannya dapat dipenuhi orang lain. Bersamaan dengan itu berkembang pula perasaan harga diri. Jika lingkungannya tidak mengakui harga dirinya seperti memperlakukan anak dengan keras, atau kurang menyayanginya maka dalam diri anak akan berkembang sikap-sikap keras kepala, menentang, atau menyerah dengan terpaksa. Beberapa emosi umum yang berkembang pada masa anak yaitu, takut (perasaan terancam), cemas (takut karena khayalan), marah (perasaan kecewa), cemburu (merasa tersisihkan), kegembiraan (kebutuhan terpenuhi), kasih sayang (menyenangi lingkungan), phobi (takut yang abnormal), ingin tahu (ingin mengenal). (Soetjiningsih, 2003)
d. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak pra-sekolah, dapat diklasifikasikan kedalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya). Masa Ketiga (2,0 - 2,6 tahun) bercirikan;
1)   Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
2)   Anak sudah mampu memahami memahami tetang perbandingan.
3)   Anak banyak menanyakan  tempat dan nama; apa, dimana, darimana,dan sebagainya.
4)   Anak sudah mulai menggunakan kata-kata berawalan dan berakhiran.( Narendra, 2003 )
Tahap Keempat (2,6-6,0 tahun) bercirikan;
1)   Anak sudah menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
2)   Tingkat berpikir anak sudah lebih maju.
3)   Anak banyak bertanya tentang waktu, sebab akibat melalui pertanyaan kapan, mengapa, bagaimana, dan sebagainya.
( Narendra, 2003 )
e.  Perkembangan Sosial.
Pada usia anak pra-sekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah;
1)   Anak mulai mengetahui aturan-aturan (lingkungan keluarga/lingkungan bermain).
2)   Sedikit-sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
3)   Anak makin menyadari akan kepentingan diri dan kepentingan orang lain.
4)   Anak sudah bisa bersosialisasi (bermain) dengan anak-anak yang lain (peer group).Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarga. Anak akan mampu menyesuaikan diri dengan keharmonisan, kerjasama dan berkomunikasi serta konsisten pada aturan bila lingkungan keluarga bersuasana kondusif. (Soetjiningsih, 2003)
f.   Perkembangan Bermain.
Usia anak pra-sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Terdapat beberapa macam permainan anak seperti;
1)   Permainan fungsi (permainan gerak),misalkan: meloncat-loncat, berlarian dan sebagainya.
2)   Permainan fiksi, misalkan: kuda-kudaan, perang-perangan dan sebagainya.
3)   Permainan reseptif atau apresiatif, misalkan: mendengar cerita, dongeng dan sebagainya.
4)   Permainan konstruksi, misalkan: membuat kue dari tanah, membuat rumah-rumahan dan sebagainya.
5)   Permainan prestasi, misalkan: sepak bola, basket, dan sebagainya. (Soetjiningsih, 1998)
Secara psikologis dan pedagogis, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat berharga bagi anak, diantaranya;
1)   Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga dsb
2)   Anak dapat mengembangkan rasa percaya diri, tanggung jawab.
3)   Anak dapat berimajinasi secara luas dan berkreatifitas.
4)   Anak dapat mengenal aturan bermain
5)   Anak dapat memahami bahwa dirinya dan orang lain sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan.
6)   Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau toleransi. (Soetjiningsih, 1998)
g.  Perkembangan Kepribadian.
Masa anak-anak awal ini lazim disebut masa Trotzalter atau periode perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang signifikan dalam dirinya, yaitu dia mulai sadar akan Aku-nya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingungannya atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila bericara dengan orang lain. Dengan kesadaran ini anak menemukan bahwa ada dua pihak yang berhadapan yaiu Aku-nya dan orang lain (orang tua, saudara, teman). Dia sadar bahwa tidak semua keinginannya akan dipenuhi orang lain atau diperhatikan kepentingannya. (Soetjiningsih, 1998)
Pertentangan didalam diri anak ini dapat menyebabkan ketegangan sehingga tidak jarang anak meresponsnya dengan sikap membandel atau keras kepala. Bagi usia anak, sikap membandel ini merupakan suatu kewajaran, karena perkembangan pribadi mereka sedang bergerak dari sikap dependen (membutuhkan perawatan) ke independent (bebas). Oleh karena itu agar tida berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol orang tua harus menghadapinya secara bijaksana dan penuh kasih sayang. (Soetjiningsih, 1998)
h.      Perkembangan Moral.
 Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara, dan teman  sebaya) melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Melalui proses berinteraksi ini anak belajar memahami tentang kegiatan atau prilaku yang baik, buruk, dilarang, disetujui, dsb. Maka berdasarkan pemahaman iti, anak harus senantiasa dilatih dan dibiasakan bagaimana seharusnya bertingkah laku yang baik. Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik buruk, benar salah, orang tua hendaknya memberikan penjelasan tentang alasannya, seperti; mengapa harus gosok gigi sebelum tidur, mengapa harus mencuci tangan sebelum makan, mengapa tidak boleh membuang sampah sembarangan. Hal ini diharapkan akan mengembangkan self-control  atau self discipline (kemampuan mengendalikan diri) pada anak. Pada usia pra-sekolah berkembang kesadaran sosial anak yang meliputi sikap simpati  atau sikap kepedulian terhadap sesama. (Soetjiningsih, 1998)
i.        Perkembangan Kesadaran Beragama.
 Secara umum, kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri - ciri sebagai berikut ;
1)   Sikap keagamaannya masih bersifat reseptif (menerima) meski banyak bertanya.
2)   Pandangan keTuhanannya bersifat anthropormorph (dipersonifikasikan).
3)   Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meski telah ikut berpartisipasi dalam beribadah.
4)   Hal keTuhanan dipandang secara khayalan sesuai taraf berpikirnya.Pengetahuan anak tentang agama akan terus berkembang ketika mendengarkan ucapan-ucapan orang tuanya, melihat sikap dan prilaku orang tuanya saat beribadah, serta pengalaman dalam mengikuti ibadah dan meniru ucapan orang tuanya. (Soetjiningsih, 1998)
2.    Masa Anak Sekolah ( usia sekolah dasar)
a)    Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun), anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitifnya (membaca, menulis, menghitung). Pada masa pra-sekolah pola pikirnya masih bersifat imajinatif (khayalan), sedangkan pada masa sekolah dasar daya pikirnya sudah merujuk kepada hal-hal yang bersifat kongkrit dan rasional. Piaget menamakannya sebagai masa operasi kongkrit, masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berpikir nyata.(Tanuwijaya,2003)
Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru yakni; mengklasifikasikan, menghubungkan angka-angka. Kemampuan menghitung, menambah, mengurangi. Kemampuan selanjutnya anak sudah bisa memecahkan masalah yang sederhana.Kemampuan intelektual anak pada masa ini sudah cukup untuk menjadikan dasar diberi berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan daya pikir dan daya nalarnya seperti, membaca, menulis, dan berhitung seta diberi pengetahuan tentang manusia, hewan, alam serta lingkungan. (Soetjiningsih, 2003)
b)   Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan orang lain. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal, dan menguasai vocabulary  atau perbendaharaan kata. Terdapat dua faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa yaitu;
1)      Proses jadi matang, dengan kata lain anak itu menjadi matang (organ suara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
2)      Proses belajar, yang berarti anak telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki usia sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat dapat membuat kalimat yang lebih sempurna, dapat membuat kalimat majemuk dan dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan. Disekolah sengaja diberi pelajaran bahasa untuk menambah menambah perbendaharaan katanya serta mengajar menyusun struktur kalimat, pribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang. Hal ini dilakukan diharapkan pesrta didik dapat menguasai dan mempergunakan bahasanya dengan baik. (Soetjiningsih, 1998)
c)     Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan interaksi sosial. Dapat dikatakan sebagai proses belajar penyesuaian diri terhadap norma-norma kelompok, tradisi dan moral. Perkembangan sosial anak sekolah dasar ini ditandai dengan adanya perluasan hubungan, baik hubungan keluarga, teman sebaya, atau lingkungan sekolah. Pada fase ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap kooperatif (kerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak merasa senang jika ia diterima dalam suatu kelompok dan merasa tidak senang jika ia ditolak dalam kelompoknya.( Narendra, 2003)
Berkat perkembangan sosialnya ini anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun lingkungan sekitarnya. Dalam proses belajar disekolah, kematangan perkembangan sosialnya ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tigas kelompok baik secara fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. (Soetjiningsih, 1998)
d)   Perkembangan Emosi
Menginjak usia anak sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima dimasyarakat. Oleh karena itu ia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Kemampuan control ini diperoleh melalui peniruan dan latihan-latihan (pembiasaan). Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan yang suasananya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil dan sebaliknya.( Narendra, 2003)
Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (senang, nikmat, bahagia). Emosi merupakan faktor dominan yang memengaruhi tingkah laku, dalam hal ini tingkah laku belajar. Emosi yang positif, akan memengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca, berdiskusi dsb. Dan sebaliknya, apabila yang menyertai proses itu emosi yang negatif, maka proses belajar akan terganggu dalam arti individu tidak bisa memustkan perhatiannya untuk belajar. (Soetjiningsih, 1998)
e)      Perkembangan Moral
Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar dan salah) pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha menanamkan konsep moral sejak dini adalah keharusan karena informasi yang diterima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dihari kemudian. Pada usia sekolah dasar ini anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntunan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. (Soetjiningsih, 1998)
Disamping itu anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk prilaku dengan konsep benar salah. Misalnya ia memandang bahwa perbuatan nakal atau dusta dan tidak hormat pada orang tua adalah perbuatan yang salah. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar.
f)       Perkembangan Motorik
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhannya. Pada fase ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang dan sebagainya. (Soetjiningsih, 1998)
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik di bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar pserta didik. Pada usia sekolah dasar kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya dicapai, karena mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan. (Soetjiningsih, 1998)
g)       Perkembangan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut;
Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai dengan pengertian Pandangan keagamaannya diperoleh secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika pada indikator alam semesta sebagai ciptaan Tuhan.Penghayatan secara rohaniah mulai mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.(Narendra, 2003)
3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal atau lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi dua faktor tersebut adalah :
a)  Faktor internal terdiri dari perbedaan ras atau etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang terlahir dari suatu ras tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras Mongol. Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. Adanya suatu kelainan genetik dan kromosom dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang terlihat pada anak yang menderita Sindroma Down.
b)  Faktor eksternal atau lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi. Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna.
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan anak adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).
D.  Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan anak meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan perilaku.
1.    Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan berat badan menggunakan KMS(Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Menurut Soetjiningsih (2003), bila grafik berat badan anak lebih dari120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan,apabila grafik berat badan di bawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi,menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal.( Narendra, 2003)
 Lingkar kepala juga menjadi salahsatu parameter yang penting dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat dijumpai pada anak yang menderita hidrosefalus, megaensefali, tumor otak ataupun hanya merupakan variasi normal. Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak menderita retardasi mental, malnutrisi kronis ataupun hanya merupakan variasi normal.(Narendra,2003)
2.    Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia.( Soetjiningsih, 1998)
Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik. .( Soetjiningsih, 1998)
3.     Gangguan perkembangan bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku . Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran,intelegensia rendah, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang tua agar anak bicara jelas (Soetjingsih, 2003).
4.    Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma.Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta gangguan perilaku dan interaksi sosial.Autism adalah kelainan neurobiologis yang menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai dengan terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh seperti berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.( Soetjiningsih, 1998)
E.        Pengaturan makanan untuk anak prasekolah dan sekolah
Makanan anak prasekolah dan sekolah perlu mendapatkan perhatian, mengingat masih dalam  masa pertumbuhan, maka keseimbangan gizinya harus dipertahankan supaya tetap sehat. Makanan sehari anak usia prasekolah dan sekolah sebaiknya terdiri atas tiga kali makanan lengkap dan dua kali snack diantara waktu makan. Susunan hidangan terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur buahdan susu. Karena bahan makanan tersebut mengandung zat gizi makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tubuh.(Almatsier, 2011)
Menurut Moersintowarti (1996),Proses pertumbuhan pada anak prasekolah dan sekolah harus diperhatikan pola makanannya.Pola makan anak pra sekolah (3-6 tahun ) dan sekolah ( 7 – 12 tahun ), yaitu :
1.      Anak usia pra sekolah ( 3-6 tahun).
-  Hindari makan gorengan (krupuk, keripik, dan lain - lain) dan penambahan lemak untuk memasak. (misal : santan, minyak, margarine).
-  Pilih daging yang tidak berlemak.
-  Lebih baik gunakan margarine, keju yang rendah lemak
-  Hindari penambahan gula pada makanan dan minuman, pemanis buatan (misalkan : aspartame) bisa digunakan bila perlu.
-  Hindari coklat, permen, cake, biskuit, kue kue dan makanan lain sejenis.
-  Berikan sayuran setiap makan dan buah untuk makanan selingan.
-  Gunakan susu rendah lemak atau tanpa lemak.
-  Anak memakan makanan sesuai dengan yang diberikan.
2.      Anak usia sekolah (7 - 12 th).
Pada anak usia 7 -9 tahun sudah bisa aktif memilih makanan yang disukai.Hal- hal yang dianjurkan sama dengan anak usia pra sekolah. Energi diberikan sesuai kebutuhan. Dalam keadaan yang terpaksa, misal pernafasan terganggu, susah bergerak diberikan pengurangan kalori dengan pengawasan yang ketat.
Pada anak usia 10 – 12 tahun, kebutuhan sudah harus dibagi berdasarkan jenis kelaminnya. Anak laki – laki lebih banyak aktifitas fisik sehingga memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Anak perempuan sudah mengalami masa haid,sehingga memerlukan lebih banyak protein dan zat besi dari usia sebelumnya.
Menurut Narendra (2003), berdasarkan pemberian makan anak menurut kelompok umur,antara lain :
1.      Pemberian Makan Anak Berumur 3 - 6 Tahun.
Walaupun kebutuhan nutrien relatif, golongan umur ini masih rawan terhadap infeksi dan penyakit kurang gizi. Karena itu kebutuhan nutriennya diutamakan terhadap kalori dan protein, ditambah dengan perhatian terhadap masukan vitamin A dan mineral besi. Jenis makanan keras dapat diberikan seperti pada orang dewasa. Menu yang dihidangkan hendaknya bervariasi dengan bahan makanan hewani dan nabati yang diselang-selingi.
Kelompok umur ini telah dapat memilih serta menyukai makanan tertentu. Mereka masih menyukai makanan manis seperti permen, coklat dan es krim. Bila tidak dibatasi, itu dapat menyebabkan karies dentis atau nafsu makan berkurang.
Jadwal makan kelompok ini sama dengan orang dewasa. Pada waktu makan mulai diajarkan cara makan yang baik dan jenis makanan yang bernilai gizi tinggi.
2.      Pemberian Makan Anak Berumur 7 - 12 Tahun.
Golongan umur ini sudah mempunyai daya tahan tubuh yang cukup dan jarang terjangkit infeksi atau penyakit gizi. Tetapi, kebutuhan nutriannya justru bertambah, karena mereka sering melakukan berbagai aktivitas, seperti bermain. Nutrien lebih ditujukan kepada kecukupan kalori, tanpa mengurangi kecukupan nutrien lainnya.
Kebutuhan energi pada anak berumur 10 - 12 tahun lebih besar daripada umur 7 - 9 tahun, karena pertumbuhan yang lebih pesat dan aktivitas yang lebih banyak. Sejak umur 10 - 12 tahun kebutuhan energi anak lelaki berbeda dengan anak perempuan. Selain itu anak perempuan yang sudah  haid memerlukan tambahan protein dan mineral besi.
Makan bersama dengan anggota keluarga lain tetap diajurkan untuk menjalin keakraban keluarga. Beberapa anak kurang menyukai makanan di rumah dan  lebih banyak jajan diluar. Karena itu harus pandai memilih dan menghidangkan makanan di rumah.Menjelang pubertas, anak perempuan mulai memperhatikan bentuk perawakan, sehingga mungkin mereka melakukan pembatasan masukan untuk melangsingkan bentuk tubuh.
F.      Kecukupan Angka Gizi dan Perhitungan Gizi pada Anak Usia Prasekolah dan Sekolah.
Menurut Suyitno dan Narendra(2003),  zat-zat gizi yang dibutuhkan anak prasekolah dan sekolah:
1)      Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang terdiri dari dua jenis yaitu karbohidrat sederhana (gula, pasir dan gula merah) sedangkan karbohidrat kompleks (tepung, beras, jagung, gandum).
2)      Protein untuk pertumbuhan, terdapat pada ikan, susu, telur, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
3)      Lemak terdapat pada margarin, mentega, minyak goreng, lemak hewan atau lemak tumbuhan.
4)      Vitamin adalah zat-zat organik yang kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya dapat dibentuk oleh tubuh.
a.                 Vitamin A untuk pertumbuhan tulang, mata dan kulit yaitu mencegah kelainan bawaan, vitamin terdapat dalam susu, keju, mentega, kuning telur, minyak ikan, sayuran dan buah-buahan segar (wortel, pepaya, mangga, daun singkong, daun ubi jalar).
b.                Vitamin B untuk menjaga sistem susunan saraf agar berfungsi normal, mencegah penyakit beri-beri dan anemia. Vitamin ini terdapat di dalam nasi, roti, susu, daging dan tempe.
c.                 Vitamin C berguna untuk pembentukan integritas jaringan dan peningkatan penyerapan zat besi, untuk menjaga kesehatan gusi, jenis vitamin C banyak terdapat pada mangga, jeruk, pisang, nangka.
5)    Mineral berguna untuk menumbuhkan dan memperkuat jaringan serta mengatur keseimbangan cairan tubuh.
a.                 Zat besi berguna dalam pertumbuhan sel-sel darah merah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Zat ini terdapat dalam daging, ikan dan hati ayam.
b.                Kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Zat ini terdapat dalam susu sapi.
c.                 Yodium berguna untuk menyokong susunan saraf pusat berkaitan dengan daya pikir dan mencegah kecacatan fisik dan mental. Zat ini terdapat dalam rumput laut dan sea food.
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi zat gizi yang terdapat pada makanan sehari-hari. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam suatu susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kualitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya, disebut konsumsi adekuat. Kalau konsumsi baik dari kuantitas dan kualitasnya melebihi kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya konsumsi yang kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisit (Almatzier,2002).
Menurut Almatzier (2002), Perhitungan angka kecukupan gizi pada anak usia prasekolah ( 4 – 6 tahun ) dan anak usia sekolah (7 – 12 tahun), antara lain :
a)      Anak usia prasekolah ( 4 – 6 tahun )
Berat badan        : 17 kg
Tinggi badan      : 110 cm
Energi                 : 1550 kkal
Protein                : 39 gram
Vitamin A          : 450 RE
Vitamin D          : 5 ug
Vitamin E           : 7  mg
Vitamin K          : 20 ug
Tiamin                : 0,6 mg
Riboflavin          : 0,6 mg
Niasin                 : 8 mg
Asam folat         : 200 ug
Piridoksin           : 0,6 mg
Vitamin B12      : 5 ug
Vitamin C          : 45 mg
Kalsium              : 500 mg
Fosfor                 : 400 mg
Magnesium         : 80 mg
Besi                    : 9 mg
Yodium              : 120 ug
Seng                   : 9,7 mg
Selenium            : 20 ug
Mangan              : 1,5 mg
Flour                   : 0,8 mg
b)      Anak usia sekolah ( 7 – 12 tahun )
·     Anak usia sekolah ( 7 – 9 tahun )
Berat badan     : 25 kg
Tinggi badan    : 120 cm
Energi              : 1800 kkal
Protein             : 45 gram
Vitamin A        : 500 RE
Vitamin D        : 5 ug
Vitamin E        : 7  mg
Vitamin K        : 25 ug
Tiamin              : 0,9 mg
Riboflavin        : 0,9 mg
Niasin              : 10 mg
Asam folat       : 200 ug
Piridoksin        : 1 mg
Vitamin B12    : 1,5 ug
Vitamin C        : 45 mg
Kalsium           : 600 mg
Fosfor             : 400 mg
Magnesium      : 120 mg
Besi                  : 10 mg
Yodium           : 120 ug
Seng                 : 11,2 mg
Selenium          : 20 ug
Mangan            : 1,7 mg
Flour                : 1,2 mg
·    Anak usia sekolah ( 10 - 12 tahun )
1.    Laki – laki
Berat badan            : 35 kg
Tinggi badan           : 138 cm
Energi                     : 2050 kkal
Protein                    : 50 gram
Vitamin A               : 600 RE
Vitamin D               : 5 ug
Vitamin E               : 11  mg
Vitamin K               : 35 ug
Tiamin                     : 1 mg
Riboflavin               : 1 mg
Niasin                      : 12 mg
Asam folat              : 300 ug
Piridoksin                : 1,3 mg
Vitamin B12           : 1,8 ug
Vitamin C               : 50 mg
Kalsium                   : 1000 mg
Fosfor                     : 1000 mg
Magnesium             : 170 mg
Besi                         : 13 mg
Yodium                   : 120 ug
Seng                        : 14 mg
Selenium                 : 20 ug
Mangan                   : 1,9 mg
Flour                       : 1,7 mg
2.      Wanita
Berat badan            : 37 kg
Tinggi badan           : 145 cm
Energi                     : 2050 kkal
Protein                    : 50 gram
Vitamin A               : 600 RE
Vitamin D               : 5 ug
Vitamin E               : 11  mg
Vitamin K               : 35 ug
Tiamin                     : 1 mg
Riboflavin               : 1 mg
Niasin                      : 12 mg
Asam folat              : 300 ug
Piridoksin                : 1,2 mg
Vitamin B12           : 1,8 ug
Vitamin C               : 50 mg
Kalsium                   : 1000 mg
Fosfor                     : 1000 mg
Magnesium             : 180 mg
Besi                         : 20 mg
Yodium                   : 120 ug
Seng                        : 12,6 mg
Selenium                 : 20 ug
Mangan                   : 1,6 mg
Flour                       : 1,8 mg

Contoh menu makanan satu hari untuk anak usia sekolah
Makan pagi
Pukul 10.00
Makan siang
Pukul 16.00
Makan malam
· Nasi lapis (nugget ayam campur brokoli)
· Susu coklat
·   Roti isi pisang keju
·   Nasi putih Bola daging saus tiram
·   Tahu goreng isi sayuran
·   mangga
·   agar melon
·   nasi putih
·   ca bayam udang
·   semangka










BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Era globalisasi yang melanda dunia saat ini sangat memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan handal. Bagi Indonesia, SDM unggul dan handal bukan saja mampu bersaing dengan negara lain, tapi juga dapat membawa negara ini keluar dari krisis multidimensi yang beberapa tahun belakangan melanda saat ini. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dapat tercipta melalui mutu pendidikan yang diperoleh di sekolah. Dengan mutu pendidikan yang baik dan benar akan menghasilkan SDM yang berkualitas,contohnya pendidikan prasekolah.
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas itu sendiri terlihat dari sikap mandiri, pekerja keras, tekun belajar menghargai waktu, pantang menyerah selalu proaktif dalam mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Diharapkan dengan SDM yang berkualitas, mampu membuat negara Indonesia yang besar ini menjadi kuat dan bermartabat yang pada akhirnya berkontribusi terhadap terwujudnya kemakmuran, kesejahteraan dan kemajuan di segalah bidang.Tapi sebaliknya, jika pendidikan tidak berkualitas maka akan menghasilkan SDM “kelas teri” yang bermental kuli sehingga memiliki martabat yang rendah, yang kemudian sering menjadi “sapi perahan” dan dengan mudah didikte oleh negara lain.









B.     SARAN
Pendidikan prasekolah diharapkan mampu menciptakan anak-anak yang berkualitas, karena dunia pendidikan adalah tempat memanusiakan manusia. Dengan kata lain, sarana pendidikan merupakan termpat mentransfer nilai, pengetahuan dan keterampilan yang tujuannya menghasilkan anak-anak yang cerdas, berkualitas, terampil, berbudi luhur, serta menjunjung tinggi ajaran agama. Sementara itu kualitas pendidikan Indonesia saat ini dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan prasekolah itu adalah sangat penting sebagai awal terwujudnya anak-anak yang berprestasi


















Daftar Pustaka
Almatzier,Sunita.2002.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Almatsier, dkk. 2011.Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.
Moersintowarti, NB.1996. Klink Tumbuh Kembang Anak, suatu sarana pemantauan. Kongres Nasional Emu Kesehatan Anak X. Bukittinggi: 16-20 Juni 1996.
Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC..
Suyitno, H, dan Narendra, M. B. 2003. Pertumbuhan Fisik Anak. Jakarta: EGC.
Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC



Tidak ada komentar:

Posting Komentar