Dr. Listiana D.S., S.Ked.,
Akp.Med., M.Si.
Pembedahan
merupakan stresor yg menimbulkan hipermetabolisme atau peningkatan pemakaian
energi.
Pada
hari pertama (24 jam pertama) keadaan yg akut, dokter akan melakukan resusitasi
cairan dan elektrolit à
dg pertimbangan bahwa pada saat terjadi syok, darah yg melalui saluran cerna
akan berkurang, sementara tubuh masih memiliki cadangan energi brp glikogen
sebesar 250 gram atau setara dg 1000 kcal à dinamakan fase Ebb.
Pemberian nutrisi baru
dilaksanakan setelah fase akut, yaitu pd fase flow, dimana aliran darah ke
saluran cerna dianggap sdh pulih kembali.
Pemberian
nutrisi bertujuan :
- memenuhi defisit yg ditimbulkan
oleh keadaan hipermetabolisme.
- memperbaiki jaringan yg rusak dlm periode
konvalesen.
MALNUTRISI
- Malnutrisi pada periode perioperatif à Penurunan BB, lambatnya penyembuhan luka ,
penurunan motilitas usus , edema, dehidrasi , ulkus dekubitus .
- Berkurangnya volume sirkulasi darah , konsentrasi
protein serum, hemoglobin, dan elektrolit.
- Malnutrisi dapat setelah pembedahan misalnya
kurangnya asupan makanan pada pasien keganasan , obstruksi saluran cerna ,
peningkatan kebutuhan nutrient, atau peningkatan losses pada fistel
enterokutan , short bowel syndrome.
PENENTUAN
KEBUTUHAN NUTRISI
- Penentuan kebutuhan nutrisi dengan menentukan
Kebutuhan kalori à Basal Energy Expenditure (BEE)
Rumus
Harris Benedict :
- Perempuan : 65,5 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) (4,7 x
umur )
- Laki-laki : 66,0 + (1,7 x B B) + (5 x TB)(6,8 x
umur )
- Koreksi katabolisme yg tinggi ( pasca trauma,
pasca bedah , infeksi , sepsis : +≥50% - ≥150%
- Protein : 1.2 – 1.5 g protein/ kgBB /hr
Penderita
dg katabolisme yg berat (trauma ganda dan luka bakar) :
Kalori
: tidak lebih 6 gr / kgBB /hr
Vitamin
dan mineral :
Vitamin
C penting untuk penyembuhan luka dan perlu diberikan baik pre maupun pasca
operasi.
Vitamin
K diberikan atas indikasi bedah misalnya spada keadaan usus halus tidak mampu
mensintesis , atau gangguan konversi protrombin.
Na
dan Cl berkurang bila terjadi mual , muntah , diare , anoreksia , diuresis atau
gagal ginjal .
Defisiensi
besi : berhubungan dengan malnutrisi atau perdarahan .
TATALAKSANA
CAIRAN
- Tata laksana cairan Tiga hal pokok , yaitu
terhadap defisit , kebutuhan rumat selama pembedahan , dan pengganti
akibat kehilangan cairan selama pembedahan .
DEFISIT
CAIRAN
Defisit
cairan Dapat diperkirakan dari berat-ringannya dehidrasi.
- Fase awal : sadar akan mengeluh haus , nadi
biasanya meningkat sedikit , blm ada gangguan cairan & komposisinya
scr serius. Kehilangan kira-kira 2% BB (1500 ml air)
- Fase moderat : rasa haus, mukosa kering, otot
lemah , nadi cepat & lemah . Tjd pd kehilangan cairan 6% BB.
- Fase lanjut / dehidrasi berat : ditandai adanya
tanda shock cardiosirkulasi , terjadi pd kehilangan cairan 7-15 % BB.
- Kegagalan penggantian cairan dan elektrolit à kematian jk kehilangan cairan 15 % BB atau lebih
.
TERAPI
CAIRAN
- Terapi cairan
a.
Preoperatif Dewasa : 2 ml/ kgBB /jam BB > 20 kg : 60 ml + 1 ml/ kgBB.
Pada anak-anak : 4 ml/kg pd 10 kg BB
I + 2 ml/kg untuk 10 kgBB II + ditambah 1 ml/kg utk BB sisanya .
b.
Selama pembedahan Terapi cairan selama operasi meliputi kebutuhan dasar cairan
dan penggantian sisa defisit pra operasi ditambah cairan yang hilang selama operasi.
Pemberian
cairan berdasarkan beratnya trauma pembedahan :
Cairan
pengganti pada dewasa :
- Trauma ringan : 2 ml/kg BB/jam u/ kebutuhan dasar
ditambah 4 ml/kg BB/jam sbg pengganti akibat trauma pembedahan
- Trauma sedang 6 ml/kg BB/jam
- Trauma berat 8 ml/kg BB/jam.
Cairan
pengganti pada anak :
- Trauma ringan 2 ml/kg BB/jam
- Trauma sedang 4 ml/ kgBB /jam
- Trauma berat 6 ml/ kgBB /jam
- Pemilihan jenis cairan intravena tergantung pada
prosedur pembedahan dan banyaknya perdarahan.
- Perkiraan perdarahan : mengukur jumlah darah
didalam botol suction ditambah perkiraan jumlah darah pada kain kassa dan
kain operasi. Satu lembar duk dapat menampung 100-150 ml darah. Kain kassa
ditimbang sebelum dan sesudah operasi, dimana selisih 1 gram = 1 ml darah.
- Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit secara
serial.
- Operasi/pembedahan akan disertai dg respon stres.
Peran dari respon stres adalah :
- Memberikan cukup energi pada keadaan stres yg berat.
- Peningkatan sekresi hormon glukagon, epinefrin,
norepinefrin dan kortikosteroid à akan mengakibatkan pengurangan glikogen,
simpanan lemak serta protein tubuh, khususnya yg tdp pd otot2 rangka.
- Efek cedera yg berat adalah peningkatan
kehilangan nitrogen lewat urin, pelisutan otot, penurunan berat badan, dan
penurunan kadar serum albumin serta proteion lainnya.
- Semua keadaan ini harus diatasi dg respon stres
yg akan memberikan cukup energi dari hasil perombakan simpanan energi
diatas.
2.
Mempertahankan volume darah.
- Respon stres akan meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik yg akan menurunkan keluaran urine dan meningkatkan retensi
cairan.
- Semua hal diatas terjadi bila tdp keadaan
hipovolemia yg bisa disebabkan oleh perdarahan, kehilangan cairan atau
perpindahan cairan dari dalam pembuluh darah ke jaringan seperti pada luka
bakar.
PRINSIP
DIET
- Kebutuhan kalori dapat dihitung dengn menggunakan
rumus Ireton-Jones :
EEE (v) = 1784 – 11(A) + 5(W) +
244(S) + 239(T) + 804(B)
EEE (s) = 629 – 11(A) + 25(W) –
609(O)
Ket.
:
EEE
= estimated total energy expenditure (kcal/hari)
V
= bergantung pada ventilator
S
= bernapasa spontan
A
= usia (dalam tahun)
W
= berat sebenarnya (kg)
S
= jenis kelamin/sex (laki2=1; wanita=0)
T
= trauma
B
= luka bakar (burn)
O
= obesitas (jika terdapat=1; jika tidak ada=0)
- Terapi imunonutrisi dapat dilakukan khususnya
pada pasien2 luka bakar dan pembedahan digestif dg memberikan suplemen
preparat enteral yg mengandung glutamin, arginin, dan asam lemak omega-3.
Kadar glutamin dan arginin yg
memadai akan mengendalikan frespon inflamasi dan mepercepat proses kesembuhan.
- Pemberian cairan dilakukan berdasarkan jumlah
darah yg hilang dg ditambah jumlah keluaran urin serta feses dan
insensible water loss.
Pada dasarnya setiap orang akan
memerlukan cairan sebesar 1,5 hingga 2 liter per hari sehingga bila tdp
perdarahan sebanyak 1000 cc akan diperlukan penambahan cairan sampai 2,5 liter,
yg bisa dicapai lewat pemberian cairan infus, plasma atau darah.
- Pemberian suplemen vitamin dan mineral diperlukan
pada pembedahan. Vitamin C dg takaran 500-1000 mg/hari diperlukan untuk
pembentukan kolagen bagi proses kesembuhan luka yg optimal. Karena dalam
keadaan stres dianggap terjadi pembentukan radikal bebas, maka pemberian
antioksidan seperti vitamin A, beta karoten, vitamin E, C, zinc dan
selenium dpt dibenarkan.
PRESKRIPSI DIET
- Pemberian makan dapat
dimulai sesudah fase akut terlewati dan aliran darah ke saluran cerna
kembali normal. Makanan yg diberikan harus mudah dicerna dan diserap.
- Pilih makanan yg mudah
dilumatkan, seperti ikan sebagai sumber protein hewani, tahu dan tempe
sebagai sumber protein nabati. Sayuran dan buah yg mudah dilumatkan
seperti wortel, labu siam, lobak, pepaya.
- Pemberian susu kedelai,
kacang merah, dan kacang hijau dapat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
arginin dan glutamin yg banyak tdp pada produk kacang-kacangan, khususnya
kacang merah. Minyak ikan yg kaya akan vitamin A dan asam lemak omega-3
dpt pula diberikan sementara minyak zaitun atau kanola yg mrp sumber asam
lemak omega-9 dpt pula dimakan mentah sbg campuran susu atau formula
enteralnya sbg dressing.
- Gunakan susu skim untuk
menambah kandunga protein dalam sereal, sup, dll. Jangan gunakan santan
sbg bahan untuk menggurihkan, krn santan kaya akan asam lemak jenuh.
- Minum air putih yg
banyak untuk mengencerkan darah, misalnya 1 gelas air mineral setiap 2
hinggan 3 jam sekali dan minum setiap kali terbangun utk buang air kecil
pada malam hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar